Rabu, 18 Januari 2012

aq sayang banget ama dia, tapi dia malu-maluin aq, aq benci ama dia, tapi hati aq nggak bisa bohong kalau aq masih  butuh dia,

tapi semenjak dia permaluin aq didepan umum, aq mulai ngerasa kalau perjuangan aq untuk ngedapetin kamu itu SIA-SIA dan hal itu ngeyakini aq kalau COWOK ITU CUMA BISA BIKIN SAKIT HATI!!
dan aq jga nggak percaya lagi ama yang namanya cowok!!

Minggu, 15 Januari 2012

about degha

About degha
            degha.,,,,
degha itu bukan geng, komunitas, ataupun perkumpulan, degha hanya delapan tiga,
degha itu suatu ikatan pertemanan, yang tergabung dalam satu nama “DEGHA” atau biasa dikenal dengan nama, delapan tiga, kami adalah sekumpulan remaja yang disaat kelas 8 SMP, semuanya sekelas, dan akrab,
    walaupun terkadang ada yang bertengkar, ribut, masalah yang kami alami selalu ada,
ada tangis dan tawa, ada canda dan cerita, bahkan ada yang saling tidak menyukai satu sama lain, dan didalam degha, juga ada beberapa dari kami yang jadian sesama anak degha.
    kami tidak memaksakan anak degha harus melakukan sesuatu, atau harus menjadi apa yg kami mau di dalam degha harus menjadi diri sendiri, tidak ada yang munafik didalam degha, seperti halnya, ada yang baik, bawel, jail, sombong, gokil, pinter, bodoh, ataupun sebagainya, kami tidak terlalu memilih entah itu hitam atau putih, degha tidak pernah memandang seseorang dari etnis tertentu, entah itu kaya ataupun miskin, kami hanya akan berteman bila kami merasa nyaman dan bisa saling percaya,
    anak-anak degha tergabung dalam satu kelas, di dalam degha tidak ada leader, ketua, ataupun sebagainya, kami semua sama,
nama-nama anak-anak degha
1. Novia
2. Yolanda pransisca
3. Istiqomah
4. Kirana sari
5. Rika puspita sari
6. Suci uan dari
7. Marina
8. Pola handika
9. Wulan sari
10. Mislawati
11. Novi lestari
12. Monika putri ani
13. Tamara oktatriana
14. Meike wulandari
15. Nani oktarina
16. Adinda ayu tri pratiwi
17. Nyanyu agustina
18. M. fahmi septiawan
19. Marta januar
20. M. kasmir saputra
21. M. fadli
22. M. aprizal pradina
23. Indri febriansyah
24. Jhoy praka oktaman
25. Heri ramadhan
26. M. eko satria
27. Rahmat trio rifaldo
28. Riski abdurahman
29. Renaldi pratama
30. M. abdi pratama
31. Agung wijaya
32. M, cheppy
33. Lintang ferdian putra
34. M. akhirul ramadhan
35. M. aditya warman
36. Hendra saputra
nama-nama diatas, ada yang berpacaran, musuhan, temen baik, ataupun saling membenci, tapi kami tetap satu.
    kebiasaan kami, mulai dari nyontek bareng, dikeluarin sekelas bareng-bareng, pokoknya asik deh. Jalan-jalan, kerja kelompok, bahkan sampe jalan kaki bareng. Degha itu delapan tiga, degha itu selamanya, degha itu the best lah.

Senin, 02 Januari 2012

I'm Your Heart

Malam ini mataku enggan tertutup. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 01.15 dan besok aku harus ke Sekolah.
Tapi entah kenapa aku seakan memikirkan sesorang...
Ya ! Reza, aku memikirkan Reza. Seorang anak baru di kelasku yang membuatku selalu membayangkan wajahnya saat menatapku . Dia adalah Rapper salah satu BoyBand, maka dari itu gadis² di Sekolahku menamakannya 'Rapper Ganteng' karena memang title itu sesuai dengan wajahnya yang cakep.

Aku tertegun sesaat mengingat kejadian tadi siang di Sekolah, dimana pada saat jam pelajaran telah usai dia menawarkan diri untuk mengantarku pulang sebagai tanda terimakasih karena aku telah mengajarkannya pelajaran Matematika yang tidak dikuasainya.
" Rin, lo mau gak gw anter pulang ? itung² sebagai tanda makasih gw soalnya tadi lo udah ngajarin gw pelajaran mematikan itu! "
ucap Reza. Karena saat itu aku salah tingkah dan memang belum pernah menghadapi situasi semacam ini, maka dengan polosnya aku menjawab
" Ga usah Za, makasih. Aku naek angkot aja deh"
" Yah, diajakin pulang bareng malah milih naik angkot " kata Reza bingung
" Kan.. kan kita gak searah ? takut ngerepotin Za. Jadi ga usah deh, makasih ajakannya " jawabku dengan bibir bergetar karena gugup dan bingung
" Ya udah. hati² ya, thanks dah ngajarin gw tadi " Reza melangkah masuk kedalam mobil Toyota Yaris-nya dan berlalu dihadapanku sambil membunyikan klakson. Aku pun masih mematung di tempatku berdiri dalam keadaan bingung serta peluh yang menetes deras dari pelipisku karena gugup menghadapi cowok seperti Reza yang baik dan masih mau berteman dengan seorang gadis seperti aku.
" Aduuuhh, gaje banget sih gw! koq malah mikirin Si Reza? Huuhh " Aku menyadarkan diriku sendiri dari pikiranku yang selalu tertuju dengan Reza Si Rapper ganteng. senyumannya, tutur katanya dan segalanya yang dia miliki membuat aku merasa kagum dan bahkan merasa menyukainya!

" Rina, bangun. nanti kamu terlambat ke Sekolah " Seseorang mengguncang tubuhku yang tengah tertidur. Karena guncangan itu sangat mengganggu maka kupaksakan mataku untuk terbuka
" Udah jam berapa bu? " tanyaku dengan suara malas dan masih setengah sadar
" Udah jam 6! Udah cepet bangun. Koq kamu jadi malas begini sih ?! " Ibu menarik tanganku dengan kasar, mendengar jawaban Ibu aku langsung bangun dari tidurku dan berlari menuju kamar mandi.

Sesampainya di depan Sekolah aku berkali² mengucap syukur karena pintu gerbang Sekolah belum tertutup. Aku berjalan menuju kelasku, tiba² ada seseorang yang memegang bahuku 
" Rin, tumben lo telat " kata Reza dengan senyuman khasnya
" Eh, anu..Heemm, soalnya semalem tuh..." Aku menahan bicaraku ketika aku menyadari bahwa semalam yang kupikirkan adalah Reza sehingga membuatku tidur tengah malam
" Kenapa ? " Reza mengerutkan dahinya
" Oh, gak papa kok. Tadi gue telat bangun " 
" Oo, ke kelasnya barengan aja yuk. " Reza menggandeng tanganku dan menarikku menuju kelas.

Sampai di kelas, bel masuk pun berbunyi. Aku segera menuju ke bangkuku dan duduk
" Rina. Gue mau duduk deket lu, boleh ga ? " Reza menaruh tasnya d kursi sebelahku yg memang sedang kosong 
" Ya udah, terseraah " jawabku, Reza pun duduk. Ku lihat tangan Reza sibuk bergelut dengan tombol² HP nya. Aku cuma bisa melihatnya tanpa berbicara karena aku gugup dan deg-degan duduk di samping Reza, peluhku kembali menetes dari pelipisku padahal udara tidak terlalu panas dan aku tidak merasa kegerahan. Aku cuma bisa terdiam di samping Reza tanpa berbicara.
" Lu kenapa sih ? Keg orang kaget gitu ? " Reza keheranan melihat tingkahku yang mematung
" Haa? Eengg..Enggak koq. Gue gapapa koq " Mulutku bergetar
" Lu gak suka kalo gue duduk deket lo ? " Reza menatap wajahku
belum sempat aku menjawab..
" Selamat Pagi anak-anak "
" Pagii paaakk " jawab sekelas serempak . Guru mata pelajaran telah masuk, Reza pun mengantongi HPnya dan mengarahkan pandangannya ke depan tidak lagi ke wajahku, sedangkan aku masih memperhatikannya.

Saat istirahat aku enggan keluar dan hanya duduk di dalam kelas meski telah diajak Reza ke kantin.
“ Ke kantin yuk! “ Reza menarik tanganku
“ Enggak ah, lagi males” jawabku
“ Oo, males kenapa ? “ Tanya Reza penuh selidik
“ Males aja “
“ Oo, ya udah. Gue ke kantin dulu ya “ Reza melepas tarikannya dan melangkah keluar

Sekitar 5 menit berada di dalam kelas aku merasa bosan dan mencoba keluar menuju kantin. Saat berjalan di koridor seseorang yang tergesa² menabrakku dari depan, mungkin karena aku tidak sarapan dan tubuhku yang lemah maka aku pun pingsan setelah tertabrak orang itu.

Saat aku tersadar ku temukan diriku sudah berada di ruang UKS. Ku lihat di samping kananku duduk seorang cowok dengan wajah cemas. Aku mencoba memperbaiki ingatanku
“ Lo udah sadar ? “ Tanya cowok itu
“ Tadi gue kenapa ? Lo siapa ? “
“ Gue Rangga. Tadi gue gak sengaja nabrak lo, trus lo pingsan “ Cowo itu membantuku bangun dari pembaringan UKS dan memberikan segelas air putih
“ Lo tadi gak sarapan ya ? Muka lo pucat banget, badan lo juga anget “ Rangga mengukur suhu tubuhku dengan menaruh punggung tangannya di dahiku
“ Iya. “ jawabku dengan nada suara yang serak
“ Istirahat di sini aja ya, gak usah masuk belajar. Aku keluar dulu “ .Aku berbaring kembali Rangga pun keluar dari UKS. Tidak lama setelah Rangga keluar, muncullah Reza dengan wajah khawatir dan tergesa²
“ Kamu.. kamu gapapa kan ? “ . Reza memegang tanganku
“ Iya, aku udah baikan koq “
“ Kan udah ku bilangin tadi ke kantinnya barengan aja ma aku, muka kamu tuh pucat daritadi pertama masuk kelas! “ Reza masih menunjukkan wajah khawatirnya.
“ Aku udah baikan Reza, sekarang kamu masuk kelas gih “
“ Tapi aku mau jagain kamu, Rin “
“ Tapi aku udah baikan, Cuma mau baringan bentar. Nanti juga masuk belajar kalo dah enakan ”  Aku berbaring kembali dan menatap wajah Reza.
“ Makasih ya dah perhatian ma aku “ kataku sambil tersenyum
“ Aku ngelakuin ini karena aku sayang sama kamu Rina..” Reza mengelus rambutku dengan lembut. Aku tidak bisa berkata apa². Jantungku seakan ingin lepas dari tempatnya. Aku kaget mendengar penuturan Reza. Lagi² peluhku mengalir deras.
“ Ak..aku, aku juga saa…” Reza menaruh telunjuknya di depan bibirku.
“ Nanti aja ngomongin itu, sekarang istirahat dulu “ Senyuman Reza membuatku lemas dan bergetar. Entah apapun yang kurasakan sekarang yang jelasnya aku merasa nyaman berada di dekat Reza.
Tanpa ku sadari Rangga sedari tadi memperhatikanku dan Reza dari kaca luar. Aku sempat melihatnya tapi dia langsung berlari dari tempatnya berdiri tadi. Aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Mimik wajah Rangga berbeda dari saat dia menungguiku di UKS

Keadaanku sudah mulai membaik maka ku putuskan untuk memasuki kelas dan mengikuti pelajaran. Tapi tatapan mata Rangga saat melihatku dengan Reza tadi masih ku ingat, seperti menyiratkan kekecewaan. Raut mukanya saja berubah. aku tidak mau terlalu memikirkan Rangga, aku takut akan menambah beban pikiranku. Maka ku pusatkan perhatianku pada pelajaran yang sedang ku ikuti

Pelajaran telah usai dan seperti biasa Reza kembali mengajakku pulang bersamanya
“ Rin, pulang bareng yuk! Lu kan lagi sakit, gak mungkin gue tega ngeliat Lu naik angkot “ kata Reza. Aku tidak bisa menolak karena memang aku perlu bantuan Reza ini.
Saat di perjalanan yang ku pikirkan hanya raut muka Rangga yang berubah, entah kenapa pikiranku terus tertuju pada Rangga. Aku tidak bisa melupakan saat dia mengukur suhu tubuhku dengan tangannya.
“ Za, kamu tau Rangga tidak ? “ aku mencoba bertanya kepada Reza tentang Rangga, cowok yang menabrakku tadi
“ Rangga ? Rangga yang tembem itu yah ? “ Reza melihat ke arahku
“ Aku gak tau pasti yang jelasnya tadi tuh dia yang nabrak aku. Gak sengaja sih “. Reza menatap wajahku
“ Za, jangan ngeliatin gue. Liat kedepan aja ntar kalo nabrak gimana ? “ aku mencoba menyadarkan Reza agar fokus dengan setir mobilnya saja. Reza menurut dan kembali menatap ke depan

Saat sampai di rumah aku langsung masuk di kamar dan menghempaskan diri di atas ranjang. Ku lihat keadaan rumah sepi, mungkin Ibuku belum pulang dari mengajar di TK. Tiba² HPku berdering. Nomor yang tidak ku kenal tertera pada layar HPku, dengan ragu aku mengangkatnya
“ Halo “ aku berbicara tapi tidak ada jawaban
“ Halo, please donk jangan main². ini siapa sih ? “ tanyaku agak kesal karena sekitar 20 detik belum juga mendapat jawaban
“ Halo, Rina ? “ tanya suara di seberang. Sepertinya aku mengenal suara ini
“ Iya ini gue, ini siapa yah ? “
“ Gue Rangga. Kamu dimana ? “ aku kaget mendengar nama itu
“ Ra..Rangga.. da..darimana lo dapet nomor gue ? “ aku berbicara terbata²
“ Gak usah kaget gitu Rin. Gue tau nama Lo, nomor Lo dan kelas Lo semuanya dari Dicky, tetangga Lo kan ? dia temen sekelas gue, dia juga yang bantuin gue angkat Lo ke UKS “ jelas Rangga panjang lebar. Gue Cuma diam gak bicara. Peyakit gue dateng lagi yaitu : banjir keringat dingin dan bergetar! Entah kenapa gue selalu keringetan dan bergetar ketika berbicara dan berdekatan Reza atau Rangga, padahal teman cowok yang lain gak juga.
“ Rina, Lo masih denger gue kan ? Rangga bertanya
“ Eh iya, gue..eh anu kenapa? koq nelpon ? “ aku bertanya kembali lagi² dengan suara bergetar
“ Gimana keadaan Lo ? “
“ Udah baikan koq “ ku letakkan punggung tanganku di jidat untuk mengukur kembali suhu tubuhku
“ Oh, cowok yang nungguin Lo tadi Si Reza bukan ? “
“ Iya, Reza. Kenapa ? “
“ Gapapa koq, Cuma nanya aja. Eh udah dulu ya gue mau keluar. Ntar gue telpon lagi “. Aku belum berbicara tapi telepon sudah mati
“ Aneh banget “ gumamku

Jam udah menunjukkan 22.00. Aku pun mencoba menutup mataku tapi tiba² hapeku berdering, kulihat nomor yang tadi siang menelponku, RANGGA!
“ Halo. Kenapa Lo nelpon malem² ? “ tanyaku keheranan
“ Coba keluar. Gue ada depan rumah Lo “ gue kaget, tapi gue gak tau musti gimana. Telpon ku matikan dan aku berlari menuju keluar rumah. Tapi sebelumnya aku mengintip dari kaca jendela rumahku dan OHMYGOD! Ku lihat Rangga dengan baju birunya berdiri mengutak-atik HPnya, dan..telponku pun berdering. Aku tidak mengangkatnya dan segera keluar
“ Lo kenapa malem² gini ke rumah gue!? “ kataku kaget gak percaya kalo Rangga berdiri depan rumah gue
“ Rina, gue gak ada maksud mengganggu, Cuma daritadi tuh gue kepikiran Lo terus. Gue juga gak tau kenapa “ Rangga meraih tanganku dan memegangnya
“ Iya, tapi kenapa datangnya musti malem² ? “
“ Gue gak tau. Gue cuma pengen Lo tau kalo gue sayang ma Lo, dari pertama ketemu tuh gue udah ngerasain perasaan yang beda ma Lo. Gue ngerasa nyaman deket Lo, bicara ma Lo walaupun gue baru kenal Lo tadi siang “ Rangga menatap mataku, *keringatan ngebayangin ini beneran terjadi
“ Ga, gue gak tau musti jawab apa. Yang jelasnya gue juga ngerasain hal itu, tapi gue gak mungkin bisa lebih deket ma Lo karena.. “ gue mencoba jujur kalo gue lebih sayang ma Reza, tapi gue takut Rangga sakit hati
“ Kenapa Rin ? Lo gak bisa karena Lo sayang ma Reza ? “ Rangga seperti membaca sorotan mataku yang kebingungan.
“ Mung..kin “ aku menjawab hati². Entah kenapa gue gak bisa ngebohongin perasaan gue yang emang lebih sayang ke Reza.
“ Rin.. Please,,” Rangga memohon, tapi gue gak tau apa arti permohonannya
“ ya Lo mau gimana lagi ? “ gue bingung sebingung bingungnya
“ Gue mau Lo jadi pacar gue “
“ Apaaa ? “ gue kaget . kageeeet bener dengar apa yang Rangga katakan
“ Iya Rin, itu yang gue mau “Rangga berbicara tidak lagi dengan nada memelas tapi seperti serius


AKHIRNYA..
Setelah malam itu besoknya gue jadian ma Rangga, tapi gue menyesal udah ngebohongin perasaan gue, gue merasa bersalah dan membodohi diri gue sendiri. Karena gue sayangnya ma Reza bukan Rangga. Tapi semuanya udah terjadi nyatanya sekarang gue udah pacaran ma Rangga.
Setelah 1 minggu jadian ma Rangga, Reza baru tau semuanya dan semenjak dia tau itu, dia gak pernah lagi mau ngomong sama gue, mau deket² ma gue bahkan ngeliat muka gue! Gue merasa bersalah ma Reza. Semenjak selesai ulangan Reza gak pernah lagi muncul setelah libur, gue udah hubungin nomor dia tapi gak aktif. Dan gue gak nyangka denger apa yang di katakan temen² gue kalo Reza pindah ke Australia. gue cuma bisa nangis menyesal, karena mungkin gue gak akan bisa ketemu sama Reza lagi. Gue cuma dapet SMS dari Reza pas penerimaan rapor berisi:
 
I’m Your Heart .
Jangan menunggu gue, karena gue gak akan balik ke Indonesia lagi.
Gue sayang sama Lo 

Gue mencoba hubungi nomor itu, tapi udah gak aktif! sekarang gue menyesal dan memutuskan hubungan gue ma Rangga. #IHEARTYOU Reza.

Arti Sebuah Senyuman

Hujan turun begitu deras saat bunda pergi kedalam pelukan-Nya. Air mata tak bisa berhenti mengalir seperti hujan yang tak henti jatuh , saat kulihat wajah bunda yang tersenyum damai. Aku terus menatap mata bunda, mata yang selalu membuat diri ini tersenyum, tapi senyuman ku sekarang terkunci rapat. Hanya tangisan dan teriakan yang menyebut “BUNDA”. Seseorang yang tak a sing lagi datang menghampiriku seseorang yang dulu menggoreskan luka dihatiku dan yang lebih menyakitkan dihati bunda. Seseoranng itu adalah Ayahku sendiri yang meninggalkan kami disaat bunda sedang sakit gara-gara wanita yang membuatnya buta. Aku tak ingin dia menatap wajah bunda yang begitu suci tak ingin wajah bunda yang begitu damai bertemu dengan lelaki seperti dia yang telah membuat bunda semakin parah penyakitnya dan sampai bunda dibawa oleh yang di atas.

“pergi kamu jangan dekati bundaku”teriakku menghalangi tubuh bunda yang sudah kaku.
“tasya maafkan ayah ”dia berusaha memelukku tapi aku melepaskan pelukan itu
“ayah? ”aku tertawa kecut
“ayahku sudah mati, mati karena wanita lain sekarang aku anak yatim piatu. Anda puas”aku membentak dengan tangisan yang tak bisa dibendung.
“tasya sudahlah biarkan ayahmu melihat bundamu”ujar bibiku.

“tasya tak rela kalau orang ini melihat wajah bunda yang begitu damai, tasya tak mau bunda menangis bibi ”aku semakin menangis. Tubuhku lemas, dan “BRUGGG” tubuh lemahku terjatuh pingsan.
Aku melihat bunda begitu sehat tersenyum indah padaku memakai baju putih yang indah disebuah padang ruput yang hijau, aku berlari dengan senyuman. Tapi bunda semakin menjauh, aku mulai gelisah dan terus berlari tapi bunda terus menjauh aku mulai menangis dan aku terbangun , itu hanya mimpi. .
“tasya. . . kamu sudah sadar”Tanya bibiku
“bunda dimana?”tanyaku pada bibi. Dia memelukku dengan tangisannya
“tasya ibumu sudah dimakamkan, tasya kamu harus kuat dalam menjalani cobaan hidupmu. Bibi yakin kamu pasti bisa melewati ini semua”Bibi menangis membasahi bajuku. Aku tterdiam sekarang aku sendiri bunda sudah ada dalam pelukan-Nya. Maaf bunda Tasya tak bisa mengantar bunda . aku menangis bersama pelukan Bibi.

***
Sudah seminggu setelah bunda pergi, aku menjadi pendiam tak ada senyuman lagi dimulutku ini, tak ada keceriaan yang tampak diwajahku yang ada hanya kesedihan. Di sekolah aku menjadi penyendiri walau sahabat-sahabatku selalu menyemangatiku tapi itu tak bisa merubah segalanya.
“Tasya kamu mau ikut aku ketemu dengan Nugi, dia bawa temannya yang menurutku dia baik. Ayolah Sya ikut aku ya” ujar temanku yang menarik-narik tanganku.
Aku menghela napas “hah”.

“maaf Nita aku gag bisa, aku lagi gag mood”ujarku dengan wajah murung
Dia menarik tanganku.

“pokoknya kamu harus ikut, mereka nunggu kita di taman ” Nita memaksaku ikut , ya apa boleh buat aku pun mengikuti keinginannya.
Kita sudah sampai ditaman di tengah sekolah kami.
Terlihat dua orang pria yang tersenyum pada kita. Ku lihat Nita sangat senang bertemu sang pujaannya.

“hay maaf ya lama nunggunya”.
“kenalin ini temanku Tasya imutkan ?”
Mereka tersenyum
“hay aku Nugi pacar Nita”senyumnya sambil memberikan tangannya padaku
“tasya”ujarku yang tersenyum terpaksa

“aku Yudis temanya Nita dan Nugi”senyumnya yang juga memberikan tanganya
“tasya”kami pun bersalaman. Aku seperti orang bodoh berada ditengah tengah orang yang sedang saling jatuh cinta, aku iri nita tertawa lepas .sedangkan aku hanya diam tak ada yang bisa buat aku tersenyum seperti nita. Yudis mendekatiku dan memberikan selembar kertas yang berisi puisi
Arti Hidup
semuanya terasa begitu hamoa
tak ada lagi klasih sayang yang kurasakan
ini begitu sulit ini begitu asing bagiku

Kumpulan Cerpen Remaja PACAR BOONGAN


      “Pokoknya sebelum kamu lulus SMA tahun ini,kamu harus segera punya pacar”kata mamah tegas pada Ega.

      “ahh…mamah,nggak bisa gitu dong,,Egakan sebentar lagi ujian,masa Ega harus nyari cowo dalam waktu sesingkat itu..lagian Ega belum mau pacaran maa…”Kata Ega balik tegas sama mamahnya,udah berulang kali mamah Ega meminta Ega untuk mencari Pacar,karena Umur Ega sudah cukup Matang untuk mendapatkan seorang Pacar,tapi Ega nggak pernah mau,karena bagi dia,Pacaran bukan suatu hal yang penting,bagi Ega pacaran saat ini juga belum merupakan kewajibannya,ia masih ingin merasakan masa-masa sendirinya tanpa diribetin sama urusan yang namanya cowo.

      Ega bingung harus ngasih pengertian sama mamahnya dengan cara apa,nggak jarang juga mamah Ega menggretak Ega”kalau kamu nggak bisa bawain pacar disaat kamu lulus tahun ini,mamah akan jodohin kamu sama Rafli…”Ega bner ogah sama yang namanya dijodoh-jodohin,apa lagi sama orang se-trouble Rafli,yang bisanya nyusahin dan nyari masalah..
      “Liat nanti aja deh maa…”Kata Ega langsung ngeloyor pergi


      “Ega,,,mama belum selesai ngomong sama kamu..”Kata mamah stengah berteriak.
                    ***
      “gue bingung ko,harus ngasih tau nyokab dengan cara apa lagi,nyokab slalu maksa gue buat nyari pacar,padahal cari pacar sekarang nggak penting…”Kata Ega curhat pada Diko,sahabatnya
      Diko merapatkan dirinya ke dekat Ega”Gue tahu prasaan lo ga,mungkin nyokab lo nggak mau lo terlalu lama sendiri,apa lagi lo dari dulu belom pernah punya pacarkan,jadi wajar kali nyokab lo nyuruh lo buat nyari pacar,umur lokan udah 17tahun”Jelas Diko panjang lebar.
      “Tapi nggak logis ah,ko,cara nyokab gue nyuruh begitu,gue belum mau pacaran kenapa harus dipaksa-paksain gitu..”Kata Ega

      “hmm..nyokab lo takut lo nggak laku kali..”Kata Diko spontan,seketika bikin Ega lirik sinis kearahnya.

      “hah…sejelek itukah gue?separah itukah?sampai nyokab takut gue nggak laku kalau gue nggak pacaran sekarang”Kata Ega berapi-api”nanti kalau ada saatnya gue juga pasti nyari pacar,,tapi nggak sekarang,lagian umur gue juga masih 17tahun,masih muda kali….”
      “ya..sorry,,,”Kata Diko,tiba-tiba ide cemerlang terlintas dipikiran Diko”Ga,,gue ada ide nih…”


      “Apa ko??”Kemudian Diko membisikkan sesuatu pada Ega”Hah??Pacar boongan?”
      “Iya…”Diko mengangguk mantap”lo nggak mau pacaran dulukan?tapi lo mau nyokab lo berhenti maksa-maksain lo kan?itu cara yang jitu ga,,,didepan nyokab lo pura-pura pcaran sama dia,tapi dibelakang nyokab lo,lo tetep tmenan…”


      “wah,boleh tuh ide lo,,tapi siapa yang mau jadi korbannya?”tanaya Ega bingung.
      “iya juga ya…”Diko ikut berpikir,seketika Ega melirik Diko dengan senyum dengan gerakan muka mengisyaratkan gue tahu”kenapa lo liatin gue gitu?”
      “hehehe,,,gue tahu orangnya siapa…”Kta Ega
      “Siapa Ga?”Tanya diko penasaran
      “Elo…”spontan Ega menunjuk Diko
      “Gue??knapa harus gue?”tanay Diko bingung


      “Karena Cuma lo yang bisa bantuin gue..”Kata Ega tersenyum puas”maukan lo,jadi pacar boongan gue?”
      Diko menggaruk kepalanya,bingung,akhirnya..”Yaudah deh,gue mau…”
      “ahh Diko,,thanks ya,emang Pacar boongan gue yang terbaik…”Kata Ega reflek memeluk Diko,”uhmhzz..maaf…”
      “ya,nggak apa-apa..”Kata Diko senyum
      “Yaudah,jangan lupa ya nanti kerumah gue,lo nanti bakal gue kenalin sama nyokab gue,,jangan lupa ya sayang…”kata Ega langsung ngeloyor Pergi meninggalkan Diko.
                    ***
     
 Siang hari,Diko dan Ega pulang bersama


      Saat sampai dirumah,terlihat mamah yang sedang duduk diteras,Ega langsung berlari kecil dan menghampiri mamanya,dan diikuti Diko yang berada dibelakangnya
      “Maa..liat deh,Ega bawa Pacar Ega..”Kata Ega dengan senyum,mamahnya langsung bangkit dari duduknya.
      “ini Pacar kamu Ega?”Tanya mamah,danEga mengangguk mantap
      “oh ya kenalin maa,ini Diko..”Kta Ega ,memperkenalkan Diko.

      “siang tante,saya Diko..”Kata Diko sambil menyalimi mamahnya Ega Ramah,kemudian disambut Ramah oleh mamahnya Ega,lalu mamah Ega mempersilahkan keduanya duduk
      “ngomong-ngomong,kalian kapan jadian…?”Tanya mamahnya Ega membuka percakapan…
      “Ehmm…baru juga tadi tante”kata Diko sedikit gugup


      “oh,ehm..orang tua kamu kerja Dimana?”Tanya mamah Ega kembali
      “Kalau mamah di boutique didaerah Jakarta selatan,kalau papah jadi dokter gigi,di rumah sakit Medistra”Kata Diko mantap.
      “oh,,ehm..tante masuk dulu ya,mau minum apa?”
      “nggak usah repot-repot tante..”Kta Diko menolak Ramah

      “ah,tante nggak repot kok..yasudah tante buatkan minum dulu ya..”kata mamahnya Ega sabil berlalu.
      “Ga,nyokab lo baik banget yaa,,asikk bangett punya nyokab kaya begitu”kata Diko memuji mamahnya Ega,Diko begitu menikmati rumah Ega yang adem dan banyak tanaman anggrek.Ega tersentak kaget mendengar pengakuan Diko barusan.

      “hekk…lo bilang asik punya nyokab kaya gitu?heh,kalau nyokab gue asik,gue ga mungkin disuruh buat nyari pacar,sampai lo harus jadi korban pacar boongan gue”kata Ega panjang lebar.nggak lama mamahnya Ega kembali membawa tiga gelas sirup yang segar.
      “Silakan diminum Diko…”kata Mamahnya Ega ramah

      “aduh,tante jadi ngerepotin nihh….”Kata Diko berlaga malu(malu-malu tapi mau)
      “nggakk kok,diminum dong…”kata mamah Ega ramah sambil mengedarkan senyuman pada Diko dan Ega,lalu mamah Ega melirik jam tangannya”oya,tante jadi lupa,hari ini ada  arisan,tante tinggal dulu ya Diko…”nggak lama mamah Ega beranjak pergi,akhirnya Ega bisa terlepas dari adegan pura-pura mesranya bersama Diko,lalu Ega melirik Diko yang begitu menikmati duduk tepat disampingnya.


      “Dik,,uda nggak ada nyokab gue…”Ega mengingatkan Diko,Diko langsung melirik,dengan tatapan senyum nakal gue-udah-pw-neh,lalu Ega menatap Diko dengan mata Garang,dan siap melempar Diko bantal sofa”Lo pindah nggak,apa gue lempar…”Diko langsung loncat dan pindah ke bangku disampingnya,sesaat terjadii keheningan,nggak ada yang berbicara diantara keduanya.


      “rumah lo sepi banget,Ga…pada kemana?”Diko memecah keheningan,pertanyaannya begitu basi.
      “mana gue tahu,tadikan dirumah tinggal 1makhluk,yaitu nyokab gue yang pergi arisan,kalau yang lain nggak tau deh..”kata Ega santai,lalu mulut Diko membulat,kemudian terjadi kembali keheningan,sampai akhirnya suatu suara klakson mobil mengagetkan keduanya,Ega langsung berlari menuju pagar,dan membukakan pagar untuk seorang yang sedari tadi mengklakson mobilnya,yang ternyata itu kak.Egi yang pulang dari kuliah.


      “lo ngelamun ya,apa kuping lo kesumbat kapas,,gue dari tadi klakson mobil,lo kaga nongol-nongol…”kata kak.Egi kesal setelah memasukan mobilnya dalam garasi,lalu kak.Egi melirik Diko,dan Diko tersenyum”oh,jadi lo pacaran,jadi kaga kedengeran ,pantesan ajah..”
      “ett dah lo kak,siapa yang pacaran…”


      “udah,nggak usah ditutupin,akhirnya laku juga lo..hahaha…”kata kak.Egi meledek adiknya,nggak lama pluukk…..”adooww…”
      “makannya kalau ngomong dijaga,,,sembarangan banget lo ngomong,emangnya gue barang bekas apa…”kata Ega puas setelah menyerang kak.Egi dengan sandal high heels mamahnya,yang lumayan bisa bikin kepala memar*sadiiss*
      Diko yang melihat adegan ribut singkat antara kakak beradik itu hanya bisa terkekeh,lalu Ega kembali duduk di sofa teras bersama Diko

      “wah,parah lo,kakak lo sendiri ditimpuk bgituan..”Kata Diko
      Ega tertawa puas”hahaha..bodo,lagian tuh orang ngomong sembarangan,emangnya gue barang bekas yang nggak laku-laku apa…”

      “lah,emang iya kan…”Diko spontan,seketika mata garang Ega kembali terlihat,dan siap menimpuk Diko dengan high heels mamahnya yang sebelah,Diko pun tersenyum dan nyengir”PEACE…yakh,,bercanda kok…”


      Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 05.00,Dikopun pamit pulang,lalu Ega mengantarkannya sampai pagar”eh,jangan kapok ya,kalau main kerumah gue,,terutama sama nyokab,dan adegan rebut gue sama kak.Egi tadi”
      “iya,,tenang ajah,malah seru kali,ngelihat pertandingan langka gratis..hhe…”kata Diko yang mukanya telah berada dibalik helm,lalu Dikopun menancap gas motornya,kemudian Ega kembali kerumah.
                                          ***
      Udah hampir 3bulan Diko menyandang status sebagai pacar bohongan Ega,sejak itu juga kelakuan mamah pada Ega berubah,mamah jadi lebih perhatian sama Ega,mamah juga lebih sering tersenyum,apa yang dia lakukan selalu disertai senyuman,dan tak jarang juga Diko selalu diajak mahnya Ega untuk pergi jalan-jalan,ke arisannyapun Diko bersama Ega diajak,untuk menunjukkan pada rekan arisannya kalau Ega memiliki pacar,tapi untuk Ega ini sangat menyiksa,dia terpaksa membohongi mamahnya,demi bahagia mamahnya,dia juga ga mau selalu dipaksakan untuk segera memiliki pacar.


      Malam yang begitu tenang,semilir angin menemani kesendirian Ega yang tengah duduk merenung diteras,nggak lama tiba-tiba dia terpikir kelakuannya yang udah membohongi mamahnya,demi untuk membahagiakan mamahnya yang menginginkan dirinya memiliki pacar,laluEga mendongakkan kepalanya keatas langit,ia pun mulai curhat kepada bintang-bintang yang hanya Nampak sedikit dan tidak begitu terang”gue terkesan jahat banget sama mamah,udah bohongin mamah,tapi gue juga nggak mau buat mamah kecewa,gue juga ga mau dipaksain untuk memiliki pacar,gue belum mau pacaran,apa lagi kalau sampai dijodoh-jodohin,gue harus gimana???”tanpa terasa air mata Ega telah mengalir,rasa penyesalan memenuhi perasaannya.
      “kamu harus akhiri semua ini,Ega…”Ega tersentak kaget mendengar suara itu,suara itu amat dikenal Ega,saat Ega menoleh,rupanya suara itu,suara mamahnya


      “mamah…”Ega langsung menghapus airmatanya”sejak kapan mamah disini?”
      “sejak tadi,mamah udah mendengar semuanya sayang..”kata mamahnya menghampiri Ega,Egapun memeluk mamahnya


      “mah,,maafin Ega,ega udah bohong sama mamah,,Ega Cuma nggak mau mamah terus memaksa aku…”Egapun histeris dipelukan mamahnya


      “mamah tau sayang,maafin mamah udah egois sama kamu,harusnya mamah mengerti keinginan kamu,dan harusnya mamah bangga punya anak seperti kamu,dan tidak memaksakan kamu untuk memiliki pacar..”kata mamahnya Ega,suaranya terdengar bergetar,dan nggak lama,air matanyapun jatuh juga ,,merekapun berpelukan,nggak lama sebuah suara mengagetkan keduanya dan keduanya segera meepaskan pelukan dan menghapus air matanya.


      “Ega sayang,,,ayo malam mingguan…”kata Diko,lalu Egad an mamahnya tertawa geli,.Diko nggak ngerti,mengapa mereka jadi tertawa.
      “Diko,drama sudah berakhir…,kamu udah nggak perlu jadi pacar bohongannya Ega”kata mamahnya Ega yang masih menahan tawa,Diko jadi tertunduk malu,mukanya memerah menahan malu..-,-

tomorrow never come

Ternyata aku memang mencintainya. Setiap malam aku memikirkan ini, dan sekarang baru aku merasa yakin kalau rasa ini memang hanya untuknya. Semakin aku mengenalnya, seakan aku tak bisa lepas lagi darinya. Michelle, aku sangat mengagumimu. Sosok yang begitu sederhana. Yah, alasan itulah yang selama ini membuatku tak berani meneruskan rasa ini. Aku, seorang pemilik bisnis komputer yang cukup terkenal, tak mungkin bisa jatuh cinta pada seorang gadis biasa seperti dia. Aku yang lulusan S2 sebuah PTN terkenal di Jakarta tak mungkin bersama gadis yang hanya lulusan SMA. Aku yang terus berprestasi sepanjang masa studiku hingga sekarang berkarir, tak mungkin berniat serius dengan anak seorang pemilik warung pinggir jalan seperti dia. 6 bulan lebih aku tetap pada pemikiranku itu. Sungguh, aku tak mungkin bersama dia. Apa kata dunia bila aku pacaran, dan akhirnya mengikat janji dengan gadis yang tak setara denganku?Dan aku yakin bisa menghilangkan rasa yang sebenarnya telah tumbuh sejak pertama bertemu dengannya, di warung milik ayahnya. Sampai hari ini tiba. Keyakinanku goyah. Yah, ternyata semua prediksiku salah. Aku tak bisa melupakannya, sedetik pun. Terlebih akhir-akhir ini. Entah apa yang membuatku begitu mengaguminya diantara gadis-gadis lainnya. Ada banyak pilihan buatku, gadis selevel, pintar, berkarir, dari keluarga yang disegani, tapi aku tak pernah bisa memilih. Tak ada satu gadispun yang sanggup menyita waktu dan pikiranku seperti Michelle. Aku akui setahun yang lalu aku pernah berniat serius dengan salah satu branch office managerku di kantor cabang daerah Surabaya. Dia pintar, disiplin, loyal, dan yang paling penting, dia juga berniat serius denganku. Tapi aku juga tak mengerti kenapa tiba-tiba saja perasaan itu hilang justru setelah kami semakin saling mengenal, dan akhirnya aku membiarkan dia dinikahi seorang staff perbankan rekanan bisnisku. Yap, istilahnya, aku jadi mak comblang untuk orang yang katanya aku sayangi. Aneh kan? Akhirnya setelah aku mengenal Michelle, aku tahu jawabannya. Aku hanya mengagumi saja, bukan mencintai. Dan aku merasa berbeda dengan Michelle. Walaupun sebelumnya ada banyak penyangkalan dan pemikiran rasional atas perasaanku padanya, kenyataannya, aku mengakui sekarang. Aku sedang jatuh cinta!
***
Saat itu aku melihatnya sedang membantu seorang nenek menyebrang di jalanan yang memang sangat ramai. Entah kenapa tiba-tiba saja aku menghentikan laju mobilku dan memutuskan mengikutinya. Ternyata dia lalu masuk di sebuah warung pinggir jalan tak jauh dari tempatku berdiri memandangnya. Pandanganku terus mengikutinya. Dia sibuk melayani pembeli. Dengan tangannya yang cekatan dia membersihkan meja, mengantar pesanan, menerima pembayaran dari pembeli, sesekali menyeka keringat yang menetes di dahinya. Tanpa sadar, hampir dua jam aku disana memandangnya. Dan hal itu berlanjut terus hingga satu minggu. Aku tetap berdiri disana, sampai pada hari ke delapan pengintaianku, aku memutuskan untuk makan di warung itu. Sebuah keputusan sulit karena sebelumnya aku tak pernah makan di pinggir jalan. Aku termasuk orang yang sangat berhati-hati dengan makanan. Tapi toh akhirnya aku masuk juga, dan mulai memilih makanan apa yang akan aku santap. Dia datang, menawarkan menu andalan warungnya. Aku mengikuti sarannya, es kelapa muda dan soto Babat tapi tanpa nasi, karena aku tak biasa mengenyangkan diri di pagi hari. Dia berlalu, melayani pesananku dengan bantuan seorang lelaki paruh Baya yang akhirnya aku kenal sebagai ayahnya. Saat dia datang lagi dengan pesananku, aku benar-benar tak mengerti apa yang membuatku nekat melakukan ini. Dia biasa saja, sekilas tak ada yang menarik dari wajahnya. Sampai saat aku melihatnya tersenyum pada ayahnya sewaktu mereka asyik bercanda. Akrab sekali. Warungnya memang masih sepi, karena mungkin memang masih terlalu pagi. Dan aku memang sengaja memilih waktu ini agar aku bisa menemukan jawaban atas kelakuan anehku seminggu ini. Akhirnya aku temukan. Kesahajaannya, semangatnya, rasa percaya dirinya, keramahannya, juga senyumnya. Aku terpesona pada dirinya. Hingga berbulan-bulan aku selalu sarapan di warung itu, berkenalan dengan ayahnya. Membicarakan obrolan-obrolan ringan seputar topik-topik hangat yang menjadi headline di surat kabar, hingga cerita soal keluarganya. Ternyata ayah Michelle open mind person, berwawasan, dan sangat bijak menyikapi suatu masalah. Aku tak pernah canggung dibuatnya. Dari obrolan biasa, hingga masalah serius menyangkut masa depanku aku bicarakan padanya. Tak jarang Michelle turut menyela saat dia tak sibuk melayani pembeli. Menanggapi omongan ayahnya yang kadang memang suka diselingi dengan canda. Aku seakan merasa begitu dekat dengan mereka, disamping perasaan lain yang aku rasakan semakin tumbuh subur pada Michelle. Tapi seperti apa yang aku ungkap sebelumnya, aku tak berani mengakui kalau ini adalah rasa cinta, hanya karena status sosial dan keadaan Michelle yang sangat sederhana. Tapi pagi ini, setelah semalaman aku berpikir keras, aku akan mengubahnya. Yah, aku sudah mantap pada pilihanku. Aku sudah tahu banyak tentang latar belakang Michelle. Studinya mandek bukan karena otak Michelle tak mampu, tapi karena dia mengalah untuk adik-adiknya. Tak meneruskan studi tak membuat Michelle berhenti belajar. Banyak yang dia tahu, termasuk masalah komputer. Rasa ingin tahunya sangat tinggi, membuat aku semakin tak bisa melepas pesonanya. Yah, hanya keadaan yang kurang menguntungkan baginya. Dan sekarang, aku ingin sekali membuatnya bahagia. Berhenti memikirkan nafkah untuk keluarganya. Karena aku yakin sanggup menafkahinya, lahir dan batin, termasuk menyekolahkan kedua adiknya. Aku semakin mantap dengan keputusan ini. Segera kupacu Soluna hijau metalikku dengan hati yang tak menentu. Kali ini aku berniat memarkirnya di depan warung ayah Michelle, agar dia yakin aku bisa mencukupi kebutuhan materinya. Selama ini aku memang tak mengenalkan diriku yang menjadi direktur utama Perusahaan spare part komputer dengan banyak kantor cabang di seluruh Indonesia. Yang mereka tahu aku hanya seorang wiraswasta yang sedang meniti karir. Aku tak berniat membohongi mereka, hanya saja aku tertarik dengan ketulusan dan keramahan mereka pada setiap orang, tak perduli status sosial mereka. Dan itu menjadi satu bukti padaku, bahwa mereka, terlebih Michelle tak berorientasi pada status dan materi bila mengenal seseorang, berbeda dengan orang-orang yang selama ini berada di dekatku. Setelah tikungan itu aku akan segera sampai, tapi ups!!! Nyaris saja aku menabrak seorang nenek tua yang menyebrang tertatih. Untung aku cepat menguasai keadaan hingga mobilku bisa berhenti di pinggir jalan sebelum sempat menabrak pohon beringin besar di sisi jalan itu. Huff!! Aku menarik nafas lega. Aku keluar, hanya ingin mengetahui keadaaan nenek tua itu. Tapi kelihatannya dia baik-baik saja, hanya agak terkejut sedikit mungkin. Tapi sudah ada banyak orang yang datang dan menolongnya, termasuk Michelle. Dia segera memeluk nenek tua itu sebelum dia menjerit dengan kerasnya. Aku heran melihatnya. Nenek itu baik-baik saja, bahkan sekarang bisa berdiri tanpa bantuan Michelle. Tapi Michelle terus menatap ke arah mobilku sambil meneteskan air matanya. Lirih juga kudengar dia menyebut namaku. Lalu datang ayah Michelle, melihat keadaan dan menenangkan Michelle. Ada segulir air mata jatuh di pipinya. Aku tak mengerti. Segera saja kudekati Michelle, gadis yang ingin kunikahi itu. Aku tak tahan melihatnya menangis tersedu seperti ini. Tapi seakan dia tak melihatku, berlari mendekati mobilku. Ternyata ada banyak orang di sekeliling mobilku, menarik tubuh seorang lelaki muda yang bersimbah darah dari kursi depan mobilku. Aku heran, dan berjalan mendekat. Melihat Michelle yang masih terus menangis, juga ayahnya. Lalu aku melihat wajah itu, penuh darah, tapi aku masih bisa mengenalinya. Dia adalah aku�

Aku Masih Mencintaimu

Tuutt.. tuutt.. (bel berdering)
“iya sebentar”
Klik.. !!! (membuka pintu) “silahkan masuk”
“eh tidak mbak, ini Cuma mau nganter undangan pernikahan temen SMAnya mbak aja” jawab pengantar undangan itu.
“owh, iya terimakasih ya..?”
“sama-sama mbak, pamit ya..?”
“iya”.

‘undangan pernikahan dikasih ke aku, emang siapa yang menikah ya’ pikirku, aku buka undangan itu dan betapa terkejutnya setelah melihat nama yang tertera di undangan itu ‘DANAR KELVINDA dan DIAN PUSPITA’. Ternyata mereka jadi menikah juga, dan usaha dian untuk memisahkan danar dari gangguan cewek-cewek lain membuahkan hasil, selamat ya buat kalian berdua. Pandanganku menerawang jauh saat kita masih SMA dulu.



***
Kebiasaanku saat masih SMA saat itu adalah membaca buku cerita atau novel sendirian di taman sekolah, hampir aku lakukan setiap hari. Hingga datang seorang cowok asing duduk disebelahku yang sedang membaca buku pula, aku hanya melirik dan dia akhirnya yang angkat bicara.
“ehm… maaf, aku boleh duduk sini kan..?”


“boleh aja, gak ada yang ngelarang, toh ini juga milik sekolah, siapa aja boleh pakek dong”ketusku dengan nada tak suka yang memang aku merasa terganggu dengan kedatangannya.
“kenalin, aku danar” sembari mengajak berjabat tangan.
“nia, kamu kelas berapa kok aku belum pernah liat kamu sebelumnya..?” tanyaku mulai mengembangkan senyum, dan ketika aku melihat wajah danar, cukup tampan dan tak jenuh untuk dipandang, manis sekali.


“3 Ipa 2, mungkin kamu yang nggak pernah mau bergaul dengan kelas lain, sampai-sampai tidak mengenal aku yang hampir 3 tahun sekolah disini”
“ya maaf, aku kurang suka aja, abisnya mereka gak sebanding sama aku, aku kan gak suka jalan-jalan, sedangkan mereka semua anak orang kaya yang suka jalan-jalan, ngabisin uang orang tuanya”
“nggak juga, ada yang nggak kok. Oh iya, aku perhatiin kamu sering banget kesini duduk sendiri, emang nggak pengen ditemenin ya..??”


“hobi sendiri, udah dulu ya, mau kekelas” sergahku cepat karena aku melihat sepasang mata yang sedang memperhatikanku dengan danar. Aku segera lari kekelas karena takut dicegah atau dicegat oleh danar ataupun oleh cewek itu.
Sejak kejadian itu, aku tak pernah berhenti memikirkan danar, terlebih sekarang sudah mulai dekat. Dimulai sms’n dan telfonan. ‘apa artinya ini, jangan sampek aku suka sama cowok yang udah punya cewek’, pikirku.


“hayyo.. ngelamun aja, mikirin danar ya..??” ledek sahabat dekatku.
“iya des, kenapa ya..??”
“ye… itu mah tanda-tanda jatuh cinta”
“sok tahu ah”
“iya, siapa juga yang sok tahu, aku juga pernah ngerasain kok, tapi aku saranin ati-ati aja sama dian”


“dian..? cewek yang selalu merhatiin aku itu maksud kamu..?”
“ya iyalah, kamu ini belum tahu ya ternyata, sekarang aku tanya, cowok paling keren, baik hati, tampan, trus gak sombong, sampek2 di jadiin favorit itu siapa coba..?”
“gak tahu lah.. emang siapa?”
“ya danar, tapi kasian dia, udah dijodohin sama orangtunya buat nikah sama dian, makanya dian sok berkuasa, padahal sifat dian sama danar itu beranding terbalik, dan kabar lagi klok dian itu cewek nggak bener”


“hush… nggak boleh ngatain orang sembarangan lah, nggak baik nyebar fitnah yang nggak2 desi”
“ya udah klok nggak percaya, aku mau makan dulu laper ini”
Aku hanya membalas dengan senyuman saja, senyuman yang sama seperti biasanya, senyuman yang biasa aku lemparkan untuk semua sahabat-sahabatku, termasuk danar. Walaupun aku diam-diam mulai menyayangi danar tapi aku coba untuk memendamnya dan biarkan ditelan oleh waktu, sekalipun gossip antara aku dan danar sudah mulai membengkak, aku akan terima semua, termasuk dian yang sebentar lagi akan mendatangiku (labrak). Oke… aku akan terima semua dan aku jelaskan semua.


Sekolah berakhir untuk hari ini, harus pulang cepet dan beres-beres rumah karena kakakku akan pulang dari bandung. Tapi naas banget, dian dan kawan-kawan udah stand by di gerbang dan aku tahu apa yang akan dia lakukan.


“heh.. cewek blagu, yang suka centil sama cowok orang lain..?” ketus dian.
“kamu panggil aku?” aku masih menunjukkan muka tenang seolah tak akan terjadi apa-apa.
“ya iyalah, masih nggak ngerasa aja lo” dian sudah siap ingin menampar aku tapi sebelum itu terjadi danar datang dan menghadang dian.


“dian, lo gak usah blagu, jangan mentang2 ortu gw njodohin kita, jangan se enaknya ngatur hidup gw, kita blom sah jadi suami istri, jadi jangan coba-coba ikut campur urusan gw, semua apa yg gw lakuin bukan urusan lo. Ngerti….!!!!”
“tapi kan sayang….” Belum selesai dian berbicara sudah ditinggal danar dan nia.
“kamu nggak apa-apa nia?”


“nggak kok makasih ya..?” niatku ingin menjauh dari danar tapi kalah cepat dengan genggaman tangannya.
“nggak usah kayak gitu nia, aku nggak suka kamu menjauhi aku,, apa kamu nggak ngerasain apa yang aku rasain..?”
“maksud kamu..?”
“aku sayang sama kamu, aku pengen hidup selamanya sama kamu, bukan sama dian, aku udah tahu semuanya tentang dian, aku nggak mau itu terjadi”
“maaf danar, aku nggak bisa. Kamu udah dijodohin sama orang tuamu, jadi hargai mereka, walaupun aku juga sayang sama kamu, aku akan menjauh dari kamu dan memendam rasa ini” selesai berkata aku berlari dan langsung naek kendaraan umum.
Aku sengaja menjauh dari danar, dan tak pernah kasih kabar untuknya. Sampai kuliah pun aku tak pernah kasih tahu dimana tempatnya.


***


Sekarang, memang ada rasa nyesel tapi turut berbahagia juga.
“hayo, ngelamunin apa?”
“eh kak adit ngagetin aja, nggak ngelamunin apa-apa kok. Kakak mau nikah kapan..?”
“nunggu kamu abis sarjana aja lah, kenapa emangnya dik..?”
“nggak apa2, Cuma Tanya”
“kakak tahu semuanya”
“hem.. bagus deh” aku hanya melempar senyum dan kekamar beres-beres kemudian berangkat ke kampus.

Memang tak terasa wisudaku sudah di ambang pintu, tapi rasanya aku masih ingin meneruskan kuliahku,, ah.. nggak mungkin, mau bayar pakek apa,, sedangkan duit aja nggak punya. Saat duduk sendiri, aku melihat dian kekampusku, ‘mau ngapain dia’ pikirku. Ternyata dian selama ini satu kampus denganku, kenapa aku tak pernah menyadari itu ya..?


Aku sudah wisuda, dan sebentar lagi bekerja, tapi kakakku tak kunjung menikah malah mau menunggu aku yang menikah duluan, aneh banget lah. Dan tak terasa pula hari pernikahan danar dengan dian telah tiba , aku terpaksa menghadirinya karena bujukan kak adit, kakakku sendiri. Akad nikah pun akan dilaksanakan, tapi sial mungkin saat menyebut nama mempelai wanita bukan menyebut nama dian, tetapi menyebut namaku. Aku bingung, kenapa jadi begini dan tak bisa berkutik sama sekali, hal itu pun terulang 3 kali sampai akhirnya orang tua danar bertanya kepada danar.

“danar, jangan bikin malu papa”
“siapa yang bikin malu papa, danar nggak bisa nyebutin nama dia, danar Cuma pengen sama nia pa”
“siapa nia..?”
“nia itu, dia” danar menunjuk aku dan semua mata tertuju padaku, aku tak tahan dibeginikan, akhirnya aku mengambil keputusan untuk meninggalkan tempat ini. Tapi kalah cepat lagi dengan danar..

“pliss nia, jangan menjauh dari aku, aku sayang banget sama kamu, aku Cuma pengen nikah sama kamu.” Tanpa memberiku kesempatan berbicara, aku diajak untuk duduk bersebelahan dengan danar. Aku hanya diam saja sekalipun dinikahkan dengan danar, yang bisa aku lakukan hanya menangis bahagia.

“danar, makasih ya, kamu masih menyimpan rasa cinta dan sayangmu untukku”
Danar tersenyum “rasa cinta dan sayangku tak akan pernah terganti oleh siapa pun nia”
Air mata dan senyuman bahagia selalu berkembang dan merekar indah…

noviaaaaa

alohaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
anyeong haseo
khamsa hamnida
selamat datang di blog sayaaaaaa

buat yang mau post cerpen disini,,,
sangat dibolehhkaaann
tauapun yang lainnya