Rabu, 18 Januari 2012

aq sayang banget ama dia, tapi dia malu-maluin aq, aq benci ama dia, tapi hati aq nggak bisa bohong kalau aq masih  butuh dia,

tapi semenjak dia permaluin aq didepan umum, aq mulai ngerasa kalau perjuangan aq untuk ngedapetin kamu itu SIA-SIA dan hal itu ngeyakini aq kalau COWOK ITU CUMA BISA BIKIN SAKIT HATI!!
dan aq jga nggak percaya lagi ama yang namanya cowok!!

Minggu, 15 Januari 2012

about degha

About degha
            degha.,,,,
degha itu bukan geng, komunitas, ataupun perkumpulan, degha hanya delapan tiga,
degha itu suatu ikatan pertemanan, yang tergabung dalam satu nama “DEGHA” atau biasa dikenal dengan nama, delapan tiga, kami adalah sekumpulan remaja yang disaat kelas 8 SMP, semuanya sekelas, dan akrab,
    walaupun terkadang ada yang bertengkar, ribut, masalah yang kami alami selalu ada,
ada tangis dan tawa, ada canda dan cerita, bahkan ada yang saling tidak menyukai satu sama lain, dan didalam degha, juga ada beberapa dari kami yang jadian sesama anak degha.
    kami tidak memaksakan anak degha harus melakukan sesuatu, atau harus menjadi apa yg kami mau di dalam degha harus menjadi diri sendiri, tidak ada yang munafik didalam degha, seperti halnya, ada yang baik, bawel, jail, sombong, gokil, pinter, bodoh, ataupun sebagainya, kami tidak terlalu memilih entah itu hitam atau putih, degha tidak pernah memandang seseorang dari etnis tertentu, entah itu kaya ataupun miskin, kami hanya akan berteman bila kami merasa nyaman dan bisa saling percaya,
    anak-anak degha tergabung dalam satu kelas, di dalam degha tidak ada leader, ketua, ataupun sebagainya, kami semua sama,
nama-nama anak-anak degha
1. Novia
2. Yolanda pransisca
3. Istiqomah
4. Kirana sari
5. Rika puspita sari
6. Suci uan dari
7. Marina
8. Pola handika
9. Wulan sari
10. Mislawati
11. Novi lestari
12. Monika putri ani
13. Tamara oktatriana
14. Meike wulandari
15. Nani oktarina
16. Adinda ayu tri pratiwi
17. Nyanyu agustina
18. M. fahmi septiawan
19. Marta januar
20. M. kasmir saputra
21. M. fadli
22. M. aprizal pradina
23. Indri febriansyah
24. Jhoy praka oktaman
25. Heri ramadhan
26. M. eko satria
27. Rahmat trio rifaldo
28. Riski abdurahman
29. Renaldi pratama
30. M. abdi pratama
31. Agung wijaya
32. M, cheppy
33. Lintang ferdian putra
34. M. akhirul ramadhan
35. M. aditya warman
36. Hendra saputra
nama-nama diatas, ada yang berpacaran, musuhan, temen baik, ataupun saling membenci, tapi kami tetap satu.
    kebiasaan kami, mulai dari nyontek bareng, dikeluarin sekelas bareng-bareng, pokoknya asik deh. Jalan-jalan, kerja kelompok, bahkan sampe jalan kaki bareng. Degha itu delapan tiga, degha itu selamanya, degha itu the best lah.

Senin, 02 Januari 2012

I'm Your Heart

Malam ini mataku enggan tertutup. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 01.15 dan besok aku harus ke Sekolah.
Tapi entah kenapa aku seakan memikirkan sesorang...
Ya ! Reza, aku memikirkan Reza. Seorang anak baru di kelasku yang membuatku selalu membayangkan wajahnya saat menatapku . Dia adalah Rapper salah satu BoyBand, maka dari itu gadis² di Sekolahku menamakannya 'Rapper Ganteng' karena memang title itu sesuai dengan wajahnya yang cakep.

Aku tertegun sesaat mengingat kejadian tadi siang di Sekolah, dimana pada saat jam pelajaran telah usai dia menawarkan diri untuk mengantarku pulang sebagai tanda terimakasih karena aku telah mengajarkannya pelajaran Matematika yang tidak dikuasainya.
" Rin, lo mau gak gw anter pulang ? itung² sebagai tanda makasih gw soalnya tadi lo udah ngajarin gw pelajaran mematikan itu! "
ucap Reza. Karena saat itu aku salah tingkah dan memang belum pernah menghadapi situasi semacam ini, maka dengan polosnya aku menjawab
" Ga usah Za, makasih. Aku naek angkot aja deh"
" Yah, diajakin pulang bareng malah milih naik angkot " kata Reza bingung
" Kan.. kan kita gak searah ? takut ngerepotin Za. Jadi ga usah deh, makasih ajakannya " jawabku dengan bibir bergetar karena gugup dan bingung
" Ya udah. hati² ya, thanks dah ngajarin gw tadi " Reza melangkah masuk kedalam mobil Toyota Yaris-nya dan berlalu dihadapanku sambil membunyikan klakson. Aku pun masih mematung di tempatku berdiri dalam keadaan bingung serta peluh yang menetes deras dari pelipisku karena gugup menghadapi cowok seperti Reza yang baik dan masih mau berteman dengan seorang gadis seperti aku.
" Aduuuhh, gaje banget sih gw! koq malah mikirin Si Reza? Huuhh " Aku menyadarkan diriku sendiri dari pikiranku yang selalu tertuju dengan Reza Si Rapper ganteng. senyumannya, tutur katanya dan segalanya yang dia miliki membuat aku merasa kagum dan bahkan merasa menyukainya!

" Rina, bangun. nanti kamu terlambat ke Sekolah " Seseorang mengguncang tubuhku yang tengah tertidur. Karena guncangan itu sangat mengganggu maka kupaksakan mataku untuk terbuka
" Udah jam berapa bu? " tanyaku dengan suara malas dan masih setengah sadar
" Udah jam 6! Udah cepet bangun. Koq kamu jadi malas begini sih ?! " Ibu menarik tanganku dengan kasar, mendengar jawaban Ibu aku langsung bangun dari tidurku dan berlari menuju kamar mandi.

Sesampainya di depan Sekolah aku berkali² mengucap syukur karena pintu gerbang Sekolah belum tertutup. Aku berjalan menuju kelasku, tiba² ada seseorang yang memegang bahuku 
" Rin, tumben lo telat " kata Reza dengan senyuman khasnya
" Eh, anu..Heemm, soalnya semalem tuh..." Aku menahan bicaraku ketika aku menyadari bahwa semalam yang kupikirkan adalah Reza sehingga membuatku tidur tengah malam
" Kenapa ? " Reza mengerutkan dahinya
" Oh, gak papa kok. Tadi gue telat bangun " 
" Oo, ke kelasnya barengan aja yuk. " Reza menggandeng tanganku dan menarikku menuju kelas.

Sampai di kelas, bel masuk pun berbunyi. Aku segera menuju ke bangkuku dan duduk
" Rina. Gue mau duduk deket lu, boleh ga ? " Reza menaruh tasnya d kursi sebelahku yg memang sedang kosong 
" Ya udah, terseraah " jawabku, Reza pun duduk. Ku lihat tangan Reza sibuk bergelut dengan tombol² HP nya. Aku cuma bisa melihatnya tanpa berbicara karena aku gugup dan deg-degan duduk di samping Reza, peluhku kembali menetes dari pelipisku padahal udara tidak terlalu panas dan aku tidak merasa kegerahan. Aku cuma bisa terdiam di samping Reza tanpa berbicara.
" Lu kenapa sih ? Keg orang kaget gitu ? " Reza keheranan melihat tingkahku yang mematung
" Haa? Eengg..Enggak koq. Gue gapapa koq " Mulutku bergetar
" Lu gak suka kalo gue duduk deket lo ? " Reza menatap wajahku
belum sempat aku menjawab..
" Selamat Pagi anak-anak "
" Pagii paaakk " jawab sekelas serempak . Guru mata pelajaran telah masuk, Reza pun mengantongi HPnya dan mengarahkan pandangannya ke depan tidak lagi ke wajahku, sedangkan aku masih memperhatikannya.

Saat istirahat aku enggan keluar dan hanya duduk di dalam kelas meski telah diajak Reza ke kantin.
“ Ke kantin yuk! “ Reza menarik tanganku
“ Enggak ah, lagi males” jawabku
“ Oo, males kenapa ? “ Tanya Reza penuh selidik
“ Males aja “
“ Oo, ya udah. Gue ke kantin dulu ya “ Reza melepas tarikannya dan melangkah keluar

Sekitar 5 menit berada di dalam kelas aku merasa bosan dan mencoba keluar menuju kantin. Saat berjalan di koridor seseorang yang tergesa² menabrakku dari depan, mungkin karena aku tidak sarapan dan tubuhku yang lemah maka aku pun pingsan setelah tertabrak orang itu.

Saat aku tersadar ku temukan diriku sudah berada di ruang UKS. Ku lihat di samping kananku duduk seorang cowok dengan wajah cemas. Aku mencoba memperbaiki ingatanku
“ Lo udah sadar ? “ Tanya cowok itu
“ Tadi gue kenapa ? Lo siapa ? “
“ Gue Rangga. Tadi gue gak sengaja nabrak lo, trus lo pingsan “ Cowo itu membantuku bangun dari pembaringan UKS dan memberikan segelas air putih
“ Lo tadi gak sarapan ya ? Muka lo pucat banget, badan lo juga anget “ Rangga mengukur suhu tubuhku dengan menaruh punggung tangannya di dahiku
“ Iya. “ jawabku dengan nada suara yang serak
“ Istirahat di sini aja ya, gak usah masuk belajar. Aku keluar dulu “ .Aku berbaring kembali Rangga pun keluar dari UKS. Tidak lama setelah Rangga keluar, muncullah Reza dengan wajah khawatir dan tergesa²
“ Kamu.. kamu gapapa kan ? “ . Reza memegang tanganku
“ Iya, aku udah baikan koq “
“ Kan udah ku bilangin tadi ke kantinnya barengan aja ma aku, muka kamu tuh pucat daritadi pertama masuk kelas! “ Reza masih menunjukkan wajah khawatirnya.
“ Aku udah baikan Reza, sekarang kamu masuk kelas gih “
“ Tapi aku mau jagain kamu, Rin “
“ Tapi aku udah baikan, Cuma mau baringan bentar. Nanti juga masuk belajar kalo dah enakan ”  Aku berbaring kembali dan menatap wajah Reza.
“ Makasih ya dah perhatian ma aku “ kataku sambil tersenyum
“ Aku ngelakuin ini karena aku sayang sama kamu Rina..” Reza mengelus rambutku dengan lembut. Aku tidak bisa berkata apa². Jantungku seakan ingin lepas dari tempatnya. Aku kaget mendengar penuturan Reza. Lagi² peluhku mengalir deras.
“ Ak..aku, aku juga saa…” Reza menaruh telunjuknya di depan bibirku.
“ Nanti aja ngomongin itu, sekarang istirahat dulu “ Senyuman Reza membuatku lemas dan bergetar. Entah apapun yang kurasakan sekarang yang jelasnya aku merasa nyaman berada di dekat Reza.
Tanpa ku sadari Rangga sedari tadi memperhatikanku dan Reza dari kaca luar. Aku sempat melihatnya tapi dia langsung berlari dari tempatnya berdiri tadi. Aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Mimik wajah Rangga berbeda dari saat dia menungguiku di UKS

Keadaanku sudah mulai membaik maka ku putuskan untuk memasuki kelas dan mengikuti pelajaran. Tapi tatapan mata Rangga saat melihatku dengan Reza tadi masih ku ingat, seperti menyiratkan kekecewaan. Raut mukanya saja berubah. aku tidak mau terlalu memikirkan Rangga, aku takut akan menambah beban pikiranku. Maka ku pusatkan perhatianku pada pelajaran yang sedang ku ikuti

Pelajaran telah usai dan seperti biasa Reza kembali mengajakku pulang bersamanya
“ Rin, pulang bareng yuk! Lu kan lagi sakit, gak mungkin gue tega ngeliat Lu naik angkot “ kata Reza. Aku tidak bisa menolak karena memang aku perlu bantuan Reza ini.
Saat di perjalanan yang ku pikirkan hanya raut muka Rangga yang berubah, entah kenapa pikiranku terus tertuju pada Rangga. Aku tidak bisa melupakan saat dia mengukur suhu tubuhku dengan tangannya.
“ Za, kamu tau Rangga tidak ? “ aku mencoba bertanya kepada Reza tentang Rangga, cowok yang menabrakku tadi
“ Rangga ? Rangga yang tembem itu yah ? “ Reza melihat ke arahku
“ Aku gak tau pasti yang jelasnya tadi tuh dia yang nabrak aku. Gak sengaja sih “. Reza menatap wajahku
“ Za, jangan ngeliatin gue. Liat kedepan aja ntar kalo nabrak gimana ? “ aku mencoba menyadarkan Reza agar fokus dengan setir mobilnya saja. Reza menurut dan kembali menatap ke depan

Saat sampai di rumah aku langsung masuk di kamar dan menghempaskan diri di atas ranjang. Ku lihat keadaan rumah sepi, mungkin Ibuku belum pulang dari mengajar di TK. Tiba² HPku berdering. Nomor yang tidak ku kenal tertera pada layar HPku, dengan ragu aku mengangkatnya
“ Halo “ aku berbicara tapi tidak ada jawaban
“ Halo, please donk jangan main². ini siapa sih ? “ tanyaku agak kesal karena sekitar 20 detik belum juga mendapat jawaban
“ Halo, Rina ? “ tanya suara di seberang. Sepertinya aku mengenal suara ini
“ Iya ini gue, ini siapa yah ? “
“ Gue Rangga. Kamu dimana ? “ aku kaget mendengar nama itu
“ Ra..Rangga.. da..darimana lo dapet nomor gue ? “ aku berbicara terbata²
“ Gak usah kaget gitu Rin. Gue tau nama Lo, nomor Lo dan kelas Lo semuanya dari Dicky, tetangga Lo kan ? dia temen sekelas gue, dia juga yang bantuin gue angkat Lo ke UKS “ jelas Rangga panjang lebar. Gue Cuma diam gak bicara. Peyakit gue dateng lagi yaitu : banjir keringat dingin dan bergetar! Entah kenapa gue selalu keringetan dan bergetar ketika berbicara dan berdekatan Reza atau Rangga, padahal teman cowok yang lain gak juga.
“ Rina, Lo masih denger gue kan ? Rangga bertanya
“ Eh iya, gue..eh anu kenapa? koq nelpon ? “ aku bertanya kembali lagi² dengan suara bergetar
“ Gimana keadaan Lo ? “
“ Udah baikan koq “ ku letakkan punggung tanganku di jidat untuk mengukur kembali suhu tubuhku
“ Oh, cowok yang nungguin Lo tadi Si Reza bukan ? “
“ Iya, Reza. Kenapa ? “
“ Gapapa koq, Cuma nanya aja. Eh udah dulu ya gue mau keluar. Ntar gue telpon lagi “. Aku belum berbicara tapi telepon sudah mati
“ Aneh banget “ gumamku

Jam udah menunjukkan 22.00. Aku pun mencoba menutup mataku tapi tiba² hapeku berdering, kulihat nomor yang tadi siang menelponku, RANGGA!
“ Halo. Kenapa Lo nelpon malem² ? “ tanyaku keheranan
“ Coba keluar. Gue ada depan rumah Lo “ gue kaget, tapi gue gak tau musti gimana. Telpon ku matikan dan aku berlari menuju keluar rumah. Tapi sebelumnya aku mengintip dari kaca jendela rumahku dan OHMYGOD! Ku lihat Rangga dengan baju birunya berdiri mengutak-atik HPnya, dan..telponku pun berdering. Aku tidak mengangkatnya dan segera keluar
“ Lo kenapa malem² gini ke rumah gue!? “ kataku kaget gak percaya kalo Rangga berdiri depan rumah gue
“ Rina, gue gak ada maksud mengganggu, Cuma daritadi tuh gue kepikiran Lo terus. Gue juga gak tau kenapa “ Rangga meraih tanganku dan memegangnya
“ Iya, tapi kenapa datangnya musti malem² ? “
“ Gue gak tau. Gue cuma pengen Lo tau kalo gue sayang ma Lo, dari pertama ketemu tuh gue udah ngerasain perasaan yang beda ma Lo. Gue ngerasa nyaman deket Lo, bicara ma Lo walaupun gue baru kenal Lo tadi siang “ Rangga menatap mataku, *keringatan ngebayangin ini beneran terjadi
“ Ga, gue gak tau musti jawab apa. Yang jelasnya gue juga ngerasain hal itu, tapi gue gak mungkin bisa lebih deket ma Lo karena.. “ gue mencoba jujur kalo gue lebih sayang ma Reza, tapi gue takut Rangga sakit hati
“ Kenapa Rin ? Lo gak bisa karena Lo sayang ma Reza ? “ Rangga seperti membaca sorotan mataku yang kebingungan.
“ Mung..kin “ aku menjawab hati². Entah kenapa gue gak bisa ngebohongin perasaan gue yang emang lebih sayang ke Reza.
“ Rin.. Please,,” Rangga memohon, tapi gue gak tau apa arti permohonannya
“ ya Lo mau gimana lagi ? “ gue bingung sebingung bingungnya
“ Gue mau Lo jadi pacar gue “
“ Apaaa ? “ gue kaget . kageeeet bener dengar apa yang Rangga katakan
“ Iya Rin, itu yang gue mau “Rangga berbicara tidak lagi dengan nada memelas tapi seperti serius


AKHIRNYA..
Setelah malam itu besoknya gue jadian ma Rangga, tapi gue menyesal udah ngebohongin perasaan gue, gue merasa bersalah dan membodohi diri gue sendiri. Karena gue sayangnya ma Reza bukan Rangga. Tapi semuanya udah terjadi nyatanya sekarang gue udah pacaran ma Rangga.
Setelah 1 minggu jadian ma Rangga, Reza baru tau semuanya dan semenjak dia tau itu, dia gak pernah lagi mau ngomong sama gue, mau deket² ma gue bahkan ngeliat muka gue! Gue merasa bersalah ma Reza. Semenjak selesai ulangan Reza gak pernah lagi muncul setelah libur, gue udah hubungin nomor dia tapi gak aktif. Dan gue gak nyangka denger apa yang di katakan temen² gue kalo Reza pindah ke Australia. gue cuma bisa nangis menyesal, karena mungkin gue gak akan bisa ketemu sama Reza lagi. Gue cuma dapet SMS dari Reza pas penerimaan rapor berisi:
 
I’m Your Heart .
Jangan menunggu gue, karena gue gak akan balik ke Indonesia lagi.
Gue sayang sama Lo 

Gue mencoba hubungi nomor itu, tapi udah gak aktif! sekarang gue menyesal dan memutuskan hubungan gue ma Rangga. #IHEARTYOU Reza.

Arti Sebuah Senyuman

Hujan turun begitu deras saat bunda pergi kedalam pelukan-Nya. Air mata tak bisa berhenti mengalir seperti hujan yang tak henti jatuh , saat kulihat wajah bunda yang tersenyum damai. Aku terus menatap mata bunda, mata yang selalu membuat diri ini tersenyum, tapi senyuman ku sekarang terkunci rapat. Hanya tangisan dan teriakan yang menyebut “BUNDA”. Seseorang yang tak a sing lagi datang menghampiriku seseorang yang dulu menggoreskan luka dihatiku dan yang lebih menyakitkan dihati bunda. Seseoranng itu adalah Ayahku sendiri yang meninggalkan kami disaat bunda sedang sakit gara-gara wanita yang membuatnya buta. Aku tak ingin dia menatap wajah bunda yang begitu suci tak ingin wajah bunda yang begitu damai bertemu dengan lelaki seperti dia yang telah membuat bunda semakin parah penyakitnya dan sampai bunda dibawa oleh yang di atas.

“pergi kamu jangan dekati bundaku”teriakku menghalangi tubuh bunda yang sudah kaku.
“tasya maafkan ayah ”dia berusaha memelukku tapi aku melepaskan pelukan itu
“ayah? ”aku tertawa kecut
“ayahku sudah mati, mati karena wanita lain sekarang aku anak yatim piatu. Anda puas”aku membentak dengan tangisan yang tak bisa dibendung.
“tasya sudahlah biarkan ayahmu melihat bundamu”ujar bibiku.

“tasya tak rela kalau orang ini melihat wajah bunda yang begitu damai, tasya tak mau bunda menangis bibi ”aku semakin menangis. Tubuhku lemas, dan “BRUGGG” tubuh lemahku terjatuh pingsan.
Aku melihat bunda begitu sehat tersenyum indah padaku memakai baju putih yang indah disebuah padang ruput yang hijau, aku berlari dengan senyuman. Tapi bunda semakin menjauh, aku mulai gelisah dan terus berlari tapi bunda terus menjauh aku mulai menangis dan aku terbangun , itu hanya mimpi. .
“tasya. . . kamu sudah sadar”Tanya bibiku
“bunda dimana?”tanyaku pada bibi. Dia memelukku dengan tangisannya
“tasya ibumu sudah dimakamkan, tasya kamu harus kuat dalam menjalani cobaan hidupmu. Bibi yakin kamu pasti bisa melewati ini semua”Bibi menangis membasahi bajuku. Aku tterdiam sekarang aku sendiri bunda sudah ada dalam pelukan-Nya. Maaf bunda Tasya tak bisa mengantar bunda . aku menangis bersama pelukan Bibi.

***
Sudah seminggu setelah bunda pergi, aku menjadi pendiam tak ada senyuman lagi dimulutku ini, tak ada keceriaan yang tampak diwajahku yang ada hanya kesedihan. Di sekolah aku menjadi penyendiri walau sahabat-sahabatku selalu menyemangatiku tapi itu tak bisa merubah segalanya.
“Tasya kamu mau ikut aku ketemu dengan Nugi, dia bawa temannya yang menurutku dia baik. Ayolah Sya ikut aku ya” ujar temanku yang menarik-narik tanganku.
Aku menghela napas “hah”.

“maaf Nita aku gag bisa, aku lagi gag mood”ujarku dengan wajah murung
Dia menarik tanganku.

“pokoknya kamu harus ikut, mereka nunggu kita di taman ” Nita memaksaku ikut , ya apa boleh buat aku pun mengikuti keinginannya.
Kita sudah sampai ditaman di tengah sekolah kami.
Terlihat dua orang pria yang tersenyum pada kita. Ku lihat Nita sangat senang bertemu sang pujaannya.

“hay maaf ya lama nunggunya”.
“kenalin ini temanku Tasya imutkan ?”
Mereka tersenyum
“hay aku Nugi pacar Nita”senyumnya sambil memberikan tangannya padaku
“tasya”ujarku yang tersenyum terpaksa

“aku Yudis temanya Nita dan Nugi”senyumnya yang juga memberikan tanganya
“tasya”kami pun bersalaman. Aku seperti orang bodoh berada ditengah tengah orang yang sedang saling jatuh cinta, aku iri nita tertawa lepas .sedangkan aku hanya diam tak ada yang bisa buat aku tersenyum seperti nita. Yudis mendekatiku dan memberikan selembar kertas yang berisi puisi
Arti Hidup
semuanya terasa begitu hamoa
tak ada lagi klasih sayang yang kurasakan
ini begitu sulit ini begitu asing bagiku